Perkembangan Makanan Gudeg
Saat Jogjakarta pertama kali dibangun, makanan lezat satu ini memang telah dikenal masyarakat. Sejarah Gudeg bermula dari 5 abad yang lauk dimana para prajurit Kerajaan Mataram tengah menyisir hutan belantara. Bukan tanpa sebab, namun hal itu mereka jalankan untuk memperluas peradaban yang selagi ini terletak di kotagede. Saat para prajurit tersebut masuk ke di dalam hutan, mereka menjumpai banyak sekali pohon nangka dan kelapa. Tentu saja, buah nangka dan kelapa dapat segera dikonsumsi oleh para prajurit. Namun lama – kelamaan para prajurit berasumsi untuk produksi buah nangka dan kelapa tersebut. Mungkin mereka menjadi kurang mantap terkecuali belum makan nasi. Maka dari itu ratusan prajurit tersebut menjadi bereksperimen untuk membuahkan suatu hal yang nikmat dari buah nangka dan kelapa. Salah satu dari eksperimen itulah yang sukses menciptakan “gudeg” yang selagi ini kami kenal.
Singkat cerita, untuk memenuhi perut dari ratusan prajurit, buah nangka dan kelapa tersebut dimasak di sebuah ember yang sangat besar dan terbuat dari logam. Untuk mengaduk makanan di ember super besar, tentu membutuhkan pengaduk yang besar dan panjang pula. Pengaduk itu nampak seperti bukan untuk makanan, karena besarnya menyerupai dayung perahu. Proses dari mengaduk ember super besar tersebut dinamai bersama dengan “hangudek” di kalangan prajurit tersebut. Dari kata “hangudek” tersebutlah nama “gudeg” dipakai.
Terciptanya makanan gudeg memang dinilai seperti tidak sengaja, karena prajurit Kerajaan Mataram selagi itu cuma mencari cara seadanya bagaimana menjadikan buah nangka dan kelapa menjadi lauk. Siapa yang menyangka, resep gudeg jadi menjadi ikon atau bahkan identitas kota Jogjakarta. Kalau sahabat ke Jogja, tentu pengalaman mencicipi cita rasa nasi gudeg tidak dapat Sobat lewatkan. Nah, dari resep yang cuma diketahui prajurit Kerajaan mataram, pelan – pelan menyebar ke masyarakat luas. Cara menyebarnya termasuk tidak disertai bersama dengan resep yang paten.
Maka dari itu, masyarakat saat ini melihat gudeg sebagai makanan yang fleksibel. Dapat dilengkapi bersama dengan beragam macam lauk, atau termasuk dapat disantap cuma bersama dengan kuah (biasa termasuk disebut areh) saja.
Di masa dulu, disaat masih belum tersedia mobil mewah dan beragam macam merk smartphone. Makanan termasuk dapat menjadi tolak ukur kekayaan seseorang. Seperti yang disebutkan diatas, menyantap olahan buah nangka dan kelapa bersama dengan dicampur kuah saja telah dapat disebut bersama dengan nasi gudeg. Tentunya orang yang menyantap bersama dengan kuah saja berasal dari orang kelas bawah. Sedangkan orang kelas menegah kemungkinan dapat memberi tambahan lauk seperti tempe dan tahu. Namun, orang yang berasal dari keluarga ningrat (keluarga kelas menegah ke atas) biasa menyantap nasi gudeg bersama dengan tambahan lauk telur dan ayam.
Selain itu, gudeg termasuk dapat bersama dengan gampang ditemui di jogjakarta tanpa mempedulikan pagi, siang, sore maupun malam hari. Hal ini, karena gudeg dapat dimakan kapanpun, dimanapun dan termasuk bersama dengan budget berapapun tentunya. Kalau ulang kantong kering, ya boleh saja makan gudeg bersama dengan kuahnya saja. Untuk minumnya dapat pura – pura kesurupan biar dapet teh anget gratis. Modal 5 ribu hingga 7 ribu telah kenyang.
Sekarang, resep gudeg telah menjadi berkembang dan beragam tipe gudeg pun bermunculan. Tiga tipe gudeg yang paling kondang adalah : gudeg kering, gudeg basah, dan gudeg solo. Mari kami telisik lebih di dalam berkenaan masing – masing dari mereka.
0 Response to "Perkembangan Makanan Gudeg"
Post a Comment